Petani, ketika aku mendengar kata-kata
itu membuat hatiku terpanggil untuk mengingat masa-masa itu. Masa-masa ketika
aku berada di samping kedua orang tua ku, ketika aku belum merantau ke kota
orang untuk meraungi dunia pendidikan, untuk mencari sehelai demi sehelai
rangkaian kata yang menjadi tumpukan ilmu yng bermanfaat. Ya jika mengingat kata petani, semua tak
lepas dari perjuangan kedua orang tuaku
untuk memenuhada. Orang segala kebutuhan yang ada. Sosok petani inspiratif yang pernah aku kenal
salama ini adalah kedua orang tuaku, sosok yang sangat super sekali bagiku,
sosok yang tak pernah kenal lelah dan tak memiliki rasa putus asa. Hidup didesa yang sudah pasti tak lepas dari
yang namanya pertania. Kedua orang tuaku adalah seorang petani, sebagai orang
desa tentu ayah dan ibu tak akan pernah lepas dari pertanian. Menjadi petani
yang multi talent ya itulah sosok yang aku kenal ke kedua orang tuaku.
Indonesia adalah Negara tropis yang mana sangat cocok untuk bidang pertania, namun
pertania di desaku adalah pertanian yang musiman, sehingga orang-orang didesa
bias bertani sesuai dengan musim-musim yang ada. Mulai dari petani padi, petani
jagung, petani sayur, petani kedelai, dan yang lainnya sudah pernah dilakukan
oleh kedua orang tuaku. Saat itu kedua orang tuaku mengerjakan ladang pamanku
yang di tinggal oleh paman ke ambon, ladang yang seperti bukit, yang jarang
sekali airnya, namun ayah memiliki cita-cita bias menanam padi di ladang
tersebut, walaupun jika dipikir-pikir tak mungkin tanah yang seperti kapur itu
bias di tanamin padi, tanah yang masih seperti hutan, yang banyak sekali
tumbuhan liarnya. Namun dengan penuh keyakinan ayah mulai mengubah tanah itu
untuk dapat ditanamin padi dan tumbuhan yang lainnya. Masih sangat ku ingat
ketika itu pertama-tama tanah itu di bikin petak –petak dan setelah itu ayh
mulai membeli peralatan yang diperlukan seperti diesel dan yang lainnya.
Singkat cerita akhirnya tahan itu dapt ditanamin padi dan berubah menjadi tanah
yang dapat di tanamin berbagai jenis tanaman. Ayah sering kali pulang malam
dari ladang, dan yang membuat saya tak habis fikir, tanah yang menurut saya tak
mungkin bias di tanamin padi itu berubah menjadi tanah yang bias ditanamin
padi, saya tau tanah itu bukan milik ayah, namun ayah begitu totalitas
mengerjakan dan merubah tanah itu, yang walaupun karena merubah tanah itu
membuat ayah menjadi banyak hutang, namun ayah tak pernah menyesal telah melakukan hal itu. Dan ayah dalam sela-sela
waktu mengajari aku dan saudaraku untuk bertani karena ungkap ayah ketika itu “
kalian adalah anak seorang petani dan tanpa petani kalian tak akan bias makan”
maka kalian harus bias dan tau bagaimana bertani itu agar kelak kalian bisa
menghargai jerih payah para petani karena kalia sudah merasakan bagaiman
susahnya menjadi petani itu, sungguh kata-kata yang luar biasa, kata-kata yang
sampai sekarang menginspirasi ku.
Ketika
menginjak SMP kelas 1 ayah pergi meninggalkan pulau jawa untuk mencari nafkah
karena di jawa sangat sulit memenuhi kebutuhan. Ketika di tinggal ayah merantau
ibu lah yang melanjutkan pertanian, mengurusi ladang itu. Kami sekeluarga tau
tentang pertania karena memang kami dilahirkan dari keluarga petani. Ibu sosok
perempuan yang luar biasa yang ke kenal selama ini, walaupun sebagai seorang
perempuan namun ibu juga pandai bertani. Terbelilit hutang karena banyak sekali
yang dikeluarkan ketika merawat tanah itu yang membuat ayah pergi meninggalkan
pulau jawa. Namun ayah dan ibu tak pernah putus asa untuk selalu bertani
walaupun sudah seperti itu. Yah menginjak aku kelas 3 SMP kedua orang tuaku
pergi merantau ke Kalimantan, lagi-lagi ayah dan ibu bertani di negeri orang
itu. Ketika itu aku sudah merantau ke kota tetangga untuk menuntut ilmu.
Sehingga aku sudah tidak begitu mengenal dunia pertanian. Dua tahun kemudian
ketika aku sudah kelas 2 SMA aku berkunjung ke pulau tempat ayah dan ibu
merantau yaitu di Kalimantan barat. Ternyata disana ayah dan ibu juga bertani,
bertani sayuran yang notabennya didaerah tempat ayah berdomisili hamper tidak
ada orang yang bertani sayur. Yah lagi-lagi bertanam di ladang orang. Namun
ketika itu aku sangat tercengang melihat ibu yang setiap pagi pergi keladang
untuk menanam, memanen dan merawat hasil sayuran yang telah ditanam. Dan ketika sore ibu pun juga tak jarang pergi
keladang. Ayah yang bekerja sebagai sopir kelapa sawit, setelah pulang juga
menyempatkan keladang untuk melihat kondisis ladanga, kadang ayah juga yang
mencangkul tanah untuk dapat ditanamin. Dengan segala kesabaran ibu selalu
pergi keladang, dan karena di Kalimantan tempat ibu dan yah berdomisili sedikit
yang bertani sehingga disana ibu terkenal sebagai petani sayur, yang mana
sering sekali orang-orang berkunjung kerumah untuk membeli sayur, sehingga
jarang sekali ibu pergi keluar untuk berkeliling menjual hasil kebunnya. Karena
memang disana hampir tidak ada orang yang bertani sayur.
Melihat
hasil tanaman ibu dan ayah yang begitu subur rasanya sangat senang dan semangat kedua orang tua ku
yang luar biasa walaupun sudah pernah gagal dalam bertani tapi beliau masih
saja bertani karena memang pertania itu sangat diperlukan oleh masyarakat. Ibu
yang sangat sabar, baik sekali, ketika itu aku melihat ada pembeli yang membeli
sayuran ibu, dan ibu sangat beda dengan yang lainnya menjual sayuran dengan
harga yang murah dan tak jarang ibu melebihi timbangannya yah itulah sosok
inspiratif yang aku kenal dari seorang petani.
Sebenarnya banyak sekali cerita-cerita yang ada di dalam hidup ini
selama aku menjadi anak seorang petani. Jangan sekali-kali merendahkan seorang
petani, karena tanpanya kau tak akan bisa makan. Petani juga manusia, dan
petani yang kalian kenal selama ini sebagai orang kecil sebenarnya mereka
adalah orang yang sangat hebat. Ketika
kemarin aku puleng ke kampung halaman, tempat ayah dan ibu mencari nafkah di
luar jawa, kampung yang dua tahun lalu aku berkunjung, ketika aku masih kelas 2
SMA, namun sekarang aku sudah menjadi Mahasiswa di sebuah perguruan tinggi
negeri yang ada di jawa timur yaitu di ITS, tak pernah terfikir di bnak ku dan
kedua orang tuakku aku, dari anak seorang petani kecil yang penuh semangat
akhirnya aku bisa masuk di perguruan tinggi ini, yah ini semua berkat kerja
keras kedua orang tuaku yang tak pernah putus asa untuk menyekolahkan
anak-anaknya , walaupun hanya dari seorang petani. Dan yang selalu aku ingat
kata-kata ayah dan ibu “ biarlah ayah dan ibu yang tidak sekolah namun ayah dan
ibu ingin anak-anaknya sekolah tinggi semua” biar anak-anak ibu dan ayah tau
tulisan dan baca semua. Biar orang-oranng didesa pada sadar bahwa pendidikan
itu penting, dan anak petani pun juga bisa sekolah tinggi.”